Seperti halnya rumah-rumah adat lain pada umumnya, Rumah Adat Jawa Barat dibangun menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu, bambu, ijuk, daun kelapa, sirap, batu, dan tanah. Selain itu, bangunannya tidak berdiri langsung di atas tanah, melainkan berbentuk rumah panggung. Tujuannya adalah melancarkan sirkulasi sekaligus menghindari serangan binatang buas.
Tinggi panggung rumah-rumah khas Parahyangan biasanya sekitar 40 hingga 60 cm di atas permukaan tanah dan dilengkapi geladak berupa tangga serta teras muka. Uniknya, bentuk atap pada Rumah Adat Jawa Barat memiliki perbedaan di tiap-tiap wilayah Tanah Sunda.
Bentuk atap (suhunan) Rumah Sunda dibuat untuk menyesuaikan dengan keadaan alam serta kebutuhan masyarakatnya. Beberapa model rumah khas Parahyangan dilihat dari atapnya adalah suhunan jolopong atau regol, suhunan tago, suhunan badak heuay, suhunan perahu nangkub, suhunan capit gunting, suhunan julang ngapak, suhunan buka palayu, dan buka pongpok.
Di masa kini, rumah berbentuk khas Sunda jarang ditemui di pemukiman-pemukiman masyarakat Jawa Barat. Bahkan di desa-desa pun sudah langka karena orang-orang beralih kepada bangunan modern yang lebih kuat dan sesuai dengan zaman. Meski demikian, gaya Rumah Adat Jawa Barat bisa ditemui pada bangunan-bangunan rumah makan khas Sunda, museum, beberapa gedung pemerintahan di kota-kota Jawa Barat, dan sebagainya.